Skip to main content

DESCRIPTIVE TEXT ABOUT KI HAJAR DEWANTARA


Raden Mas Soewardi Soeryaningrat was born in Yogyakarta on May 2nd 1889. He came from Pakualaman family, the son of GPH Soerjaningrat, grandson of Pakualam III and grew up in a family of Yogyakarta Kingdom.

Then, in 1922 when he was 40 years old, Raden Mas Soewardi Soeryaningrat changed his name to Ki Hadjar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara ever studied at Europeesche Lagere School (ELS) at the Dutch colonial era it is an elementary school in Indonesia. After graduating from ELS, then he went to STOVIA (Bumiputera Medical School) is a school for the education of indigenous doctors in Batavia in the Dutch colonial era. This time it became the Faculty of Medicine, University of Indonesia. Although he did not could not complete his education because of illness.

Ki Hajar Dewantara worked as a writer and journalist in various newspapers, such as: Tjahaja Timoer, Midden Java, De Expres, Sediotomo, Kaoem Moeda, Poesara, and Oetoesan Indies. His writing is very communicative and brave with anti-colonial spirit. Besides work as a writer, he is also active in social and political organizations. Since 1908, the beginning of the Boedi Utomo (BO). Not only that, it turns Ki Hajar Dewantara also known as a prominent pioneer of education for the natives of Indonesia from the Dutch colonial era.

In fact, he managed to establish a school of the National University Student Park (National Institute of Taman Siswa Onderwijs) on July 3rd 1922. Ki Hajar Dewantara’s been appointed as Minister of Teaching Indonesia referred to as the Minister of Education, Teaching and Culture in the cabinet of the first Republic of Indonesia. For his service pioneered education in Indonesia, in 1957 he received an honorary doctorate of the University of Gadjah Mada (UGM).
Finally, he was declared as Father of National Education of Indonesia, as well as his birth day serves as National Education Day.

Ki Hajar Dewantara died on 26th April 1959 in Yogyakarta. He was buried at the Taman Wijaya Brata, tombs for Taman Siswa’s family. His face was also immortalized on the Indonesian currency denomination of old 20,000 rupiahs.


Terjemahan


Raden Mas Soewardi Soeryaningrat lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Dia berasal dari keluarga Pakualaman, putra GPH Soerjaningrat, cucu Pakualam III dan dibesarkan di sebuah keluarga di Kerajaan Yogyakarta.

Kemudian, pada tahun 1922 saat berusia 40 tahun, Raden Mas Soewardi Soeryaningrat mengubah namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ki Hajar Dewantara pernah belajar di Europeesche Lagere School (ELS) pada masa penjajahan Belanda yang merupakan sekolah dasar di Indonesia.
Setelah lulus dari ELS, lalu ia pergi ke STOVIA (Bumiputera Medical School) adalah sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia di era penjajahan Belanda. Kali ini menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Meski ia tidak bisa menyelesaikan pendidikannya karena sakit.

Ki Hajar Dewantara bekerja sebagai penulis dan jurnalis di berbagai surat kabar, seperti: Tjahaja Timoer, Jawa Midden, De Expres, Sediotomo, Kaoem Moeda, Poesara, dan Oetoesan Indies. Tulisannya sangat komunikatif dan berani dengan semangat anti-kolonial. Selain bekerja sebagai penulis, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak 1908, dimulainya Boedi Utomo (BO). Tak hanya itu, ternyata Ki Hajar Dewantara juga dikenal sebagai pelopor pendidikan terkemuka bagi penduduk asli Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. 

Bahkan, ia berhasil mendirikan sekolah Taman Siswa Universitas Nasional (Institut Nasional Onderwijs) pada tanggal 3 Juli 1922. Ki Hajar Dewantara telah ditunjuk sebagai Menteri Pengajaran Indonesia disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan di kabinet Republik Indonesia yang pertama. Untuk layanannya memelopori pendidikan di Indonesia, pada tahun 1957 ia menerima gelar doktor kehormatan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Akhirnya, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, dan juga hari kelahirannya berfungsi sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ki Hajar Dewantara meninggal pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta. Ia dimakamkan di Taman Wijaya Brata, makam keluarga Taman Siswa. Wajahnya juga diabadikan pada denominasi mata uang Indonesia yang bernilai 20.000 rupiah.
 


Comments

Popular posts from this blog

Tokoh-tokoh Shaun The Sheep

Beberapa adalah karakter utama dalam shaun the sheep :v 1. Shaun Dia merupakan pemimpin dari gerombolan domba-domba. Dia pintar, dan selalu memiliki ide-ide yang kreatif. 2. Shirley Domba yang berukuran paling besar, sering dijadikan alat oleh temannya jika membutuhkan sesuatu untuk menghabiskan makanan atau benda-benda lainnya. Shirley juga makan apapun yang ada. Didalam tubuh Shirley yang ditutupi oleh bulu juga seperti gudang yang apa saja ada disana, coba saja lihat filmnya :v. Muka Shirley juga polos kalau sedang dikerjain oleh teman-temannya. 3. Timmy Domba yang paling kecil dan paling muda karena dia masih bayi, suka melakukan hal-hal layaknya bayi, main hajar, dan suka kelempar sana sini. Untung ada ibu timmy yang selalu menjaga timmy. Saat menangis juga timmy lucu karena hanya kelihatan satu giginya dibawah :v. Dia juga mempunyai boneka kesayangannya warnanya orange buluk gitu, gatau sih namanya siapa, kalau gak salah sih namanya teddy. 4. Bitzer ...

Pengertian Kerajinan Menurut Para Ahli

Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan banyak kerajinan. Kerajinan yang terkenal di Indonesia diantaranya kerajinan kayu, kerajinan kulit, kerajinan logam, kerajinan batik, kerajinan rotan, dan masih banyak kerajinan yang dimiliki oleh Indonesia. Kerajinan juga sering disebut sebagai Seni Kriya. Seni Kriya berasal dari kata "Kr" (bahasa Sanskerta) yang berarti "mengerjakan", dari akar kata tersebut kemudian menjadi karya, kriya, dan kerja. Pengertian kerajinan secara umum adalah suatu karya seni yang proses pembuatannya menggunakan keterampilan tangan manusia. Berikut beberapa pengertian kerajinan menurut para ahli: 1. Kusnadi (1986: 11) Kerajinan kata harfiahnya dilahirkan oleh sifat rajin dari manusia. Dikatakan pula bahwa titik berat penghasilan atau pembuatan seni kerajinan bukan dikarenakan oleh sifat rajin tetapi lahir dari sifat terampil seseorang dalam menghasilkan suatu produk kerajinan. 2. Wiyadi (1991: 95) Kerajinan adalah semu...